PRINCESS AND THE PAUPER
Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah
perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu. Mazmur 90:17
Anda pernah menonton film kartun: 'Barbie as The Princess and the Pauper' (Barbie sebagai Puteri dan Si Miskin) ? Film animasi ini menceritakan dua gadis kembar yang memiliki dua kehidupan berbeda. Sang Puteri hidup dengan segala kemewahan di istana sedangkan Si Miskin hidup di rumah bawah tanah kerja sebagai budak penjahit pakaian.
Sekalipun mereka hidup di dunia yang berbeda, dua gadis kembar ini memiliki satu kesemaan: kebebasan! Sang Puteri ingin bebas mengatur waktunya di istana, tanpa seribu satu aturan kode etik. Si Miskin ingin bebas dari hutang, dan kerja paksa di setiap waktunya.
Bukankah kartun animasi ini ada kemiripan dengan kehidupan sehari-hari: setiap orang memiliki kesusahannya sendiri. Entah ia hidup sebagai orang kaya ataupun sebagai orang miskin, masing-masing memiliki pergumulan dan masalahnya sendiri.
Pemazmur Musa juga memiliki permasalahannya sendiri. Pujian no.90 adalah ungkapan isi hatinya. Ia merasakan banyak pergumulan di tahun-tahun kehidupannya. Ia merasa tidak berdaya, sepi dan ditinggalkan oleh Tuhan. Terkekang oleh kehidupan yang terbatas, Musa menyadari perlunya kebebasan yang sesungguhnya!
Kebebasan sejati dimulai dengan menyadari keterbatasan dan fananya hidup badani manusia. Jikalau manusia memandang hidup dengan cara pandang yang sempit, maka ia akan terjebak di dalam penjara kesia-siaan. Waktu Tuhan bukanlah waktu manusia (II Pet.3:8).
Jalan keluar menuju kebebasan sejati adalah memandang hidup dari perspektif kekekalan. Dari sinilah Musa belajar menjalani hidupnya dengan bijaksana. Ia merindukan persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Ia belajar menggunakan setiap harinya untuk memuliakan Tuhan. Karena sadar hidup ini adalah anugerah, ia ingin setiap pekerjaan tangannya mendapat perkenan Tuhan.
Oh ya, bagaimana dengan akhir cerita The Princess and the Pauper? Mereka akhirnya mendapatkan kebebasan yang diimpikan. Sang Putri menikah dengan orang yang dicintainya, sedangkan Si Miskin selain terbebas hutang dan paksaan kerja juga menikah dengan seorang Pangeran yang dicintainya. Mereka memperoleh kebebasannya dengan menghidupi apa yang dipercayainya. Mereka bebas untuk percaya, mereka bebas untuk memulai lagi apa yang rusak menjadi indah.
Keputusan yang bijaksana dalam hidup adalah menjalani waktu dengan iman percaya dan terus mengerjakan ulang setiap hari: apa yang sudah rusak menjadi indah. Itulah sebabnya Musa menaikkan doanya: 'Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.' Biarlah itu juga menjadi doa kita. Amin.
Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp
Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp