Monday, 19 February 2018
MERAIH SUKSES DALAM WAKTU
By
Mpg
18:24
Allan Lakein, Bapa, Declan Treachy, Jim Dornan, Jiwa, Johanes Lim, John C Maxwell, Kemakmuran, Management Waktu, Putra, Qubein, Roh, St Paul, Sukses, Thomas A Edison, Tubuh, Tujuan Hidup, William James
Oleh: J. Marsello Ginting
"Akan kuhargai setiap detik,menit,dan jam.
Karena tidak sedikit pun dapat ditarik kembali.
Hari ini tidak akan kusia-siakan seperti waktu lalu,yang terbuang
percuma.
Akan kupakai waktuku untuk membuat sesuatu yang kuidamkan terjadi."
Demikian empat kalimat syair yang saya dapatkan di internet beberapa
hari sebelum menulis tulisan ini. Saya telah membaca beberapa buku
yang bercerita tentang penggunaan waktu. Bermacam-macam judul buku.
Ada manajemen waktu, penggunaan waktu, pengendalian waktu, dan lain-
lain banyak lagi. Pada buku mereka, para pakar telah banyak
mengemukakan pendapatnya tentang waktu. Juga, mereka memiliki bermacam-
macam sudut pandang yang berbeda.
Allan Lakein, presiden dari satu-satunya perusahaan di AS yang secara
khusus mencurahkan perhatiannya pada masalah manajemen waktu
mengatakan, "Umumnya orang tidak berpikir dalam kerangka menit-demi-
menit". Lebih lanjut dia mengatakan, "Banyak orang menghabiskan waktu
sisa hidupnya dengan melakukan berbabagi hal yang tidak ada kaitannya
dengan sasarannya".
Sedangkan Declan Treachy mencatat ada 10 pencuri waktu yang paling
umum, yaitu:
1) Tak menemukan apa yang dicari.
2) Pertemuan.
3) Telepon.
4) Interupsi.
5) Penangguhan.
6) Kertas kerja yang kecil-kecil.
7) Kemelut.
8) Urutan pelimpahan yang terbalik.
9) Ingin segalanya sempurna.
10) Gangguan.
Sepintas kelihatannya sepele, namun pencuri ini dapat merenggut waktu
setiap orang. Tanpa disadari menelan milik manusia yang berharga itu.
G.C.Robinson menyebutkan 'mengulur-ngulur waktu dan kesibukan tak
menentu' sebagai pemborosan waktu.
Ternyata waktu sangat erat hubungannya dengan sasaran hidup seseorang.
Masa depan merupakan sasaran setiap orang. Demikian sasaran seseorang
itu ada di masa depan. Dengak kata lain, bila kita membicarakan waktu
tidak terlepas dari sasaran.Kita tidak dapat membuat rencana ke masa
lalu tetapi ke masa depan. Jim Dornan & DR. John C. Maxwell, dalam
bukunya Strategi Menuju Sukses mengatakan, "Jika Anda menghargai waktu
Anda, rencanakanlah lebih dahulu bagaimana Anda akan menghabiskan
waktu Anda."
Lebih lanjut, Allan Lakein menjelaskan bahwa kita sering dengan cara
serampangan menjalani sisa kehidupan ini. Bergerak tetapi tidak sampai
ke tujuan. Hal ini erat sekali dengan apa yang dikatakan Declan Treacy
tentang bagaimana kita menggunakan waktu. Kita harus memeriksa Masdep
(masa depan) itu.Yang dimaksudkan adalah rencana ke depan. Peter
Drucker, Bapak Manajemen Amerika, menegaskan, "Waktu adalah sumber
yang paling langka dan tanpa dikelola dengan benar tidak ada hal apa
pun yang bisa dikelola lagi."
Saat kita sedang tidur, duduk, atau sedang istirahat, bermalas-malas,
waktu tetap berjalan. Waktu tidak pernah beristirahat. Tidak pernah
lelah atau capek. Kehebatan lain dari waktu adalah tidak dapat dibeli
dengan harga seberapa pun. Ketika seorang penemu, Thomas Alfa Edison
ditanya tentang hal yang paling penting di dunia, dia menjawab,"
Waktu."
Kalau benar waktu tidak dapat dibeli, berarti waktu itu mahamahal. Dia
termasuk keluarga maha, Mahakuasa yang selalu hidup dan bergerak ke
depan. Kita mustahil dapat melawan yang memiliki predikat sebagai
Mahakuasa. Kalau kita tidak dapat melawannya, apalagi kalahkan,
sebaiknya kita jalin pertemanan. Kita berdamai dengannya, menjadikan
dia sebagai sekutu untuk rencana masa depan. Kita perlu mengenali dan
mempelajari sekutu kita.
Sebagai teman sekutu, kita harus mengenal sifatnya dengan baik. Kita
tidak dapat mengabaikan waktu dalam gerak pencapaian tujuan. Kalau
kita tidak menjadikan waktu itu sebagai sekutu yang baik, maka kita
menjadikan dia sebagai lawan kita. Dia dapat menjadi lawan yang
menghancurkan rencana masa depan kita. Sebuah penyelidikan para
sarjana, dalam buku Dinamis dan Kreatif karangan Carl G. Goeller Cs,
mengumumkan bahwa seorang anak menggunakan 12.000 jam di sekolah
sepanjang umur hidupnya. Sedangkan, 15.000 jam untuk menonton
televisi.
Wow,luar biasa.Ini suatu penelitian tahun 80-an. Tentu penggunaan
waktu ini lebih gila lagi setelah seperempat abad belakangan ini. Hal
ini sejajar dengan perkembangan media elektronik yang sudah mewabah di
setiap pelosok dunia.
Sekali waktu Benyamin Franklin pernah bertanya kepada seseorang,
"Apakah Anda mencintai kehidupan? Kalau jawabannya, "Ya" maka Anda
jangan membuang-buang waktu. Karena, waktu adalah inti kehidupan.
Kehidupan dalam diri kita adalah citra Allah. Sebagai gambar Allah,
diri kita sudah ada komponen dasar yang tetap dan baku untuk mencapai
kesuksesan. Dalam pemikiran Yunani pribadi atau diri kita, sebagaimana
disebutkan Santo Paul memiliki tiga komponen yang satu padu: tubuh,
jiwa, dan roh. Komponen ini merupakan gambaran, sekaligus sebagai
sumber bahan dasar kesuksesan. Kita dapat mengkopi gambaran
kesusksesan ini menjadi bahan pelajaran kesuksesan bagi diri kita
masing-masing.
Kesuksesan atau kehancuran diri kita sangat tergantung bagaimana kita
mengelola ketiga komponen itu dalam waktu tertentu. Ketiga komponen
ini dapat diibaratkan warna dasar cat seorang pelukis, yaitu merah,
biru, kuning, dan hitam. Pelukis yang pintar dan bodoh diukur dari
waktu dan kemampuan mereka meracik ragam warna dasar pada kanvas.
Kesuksesan dalam memanfaatkan waktu selalu dengan langkah pertama,
langkah kedua, langkah ketiga, dan seterusnya. Seperti urutan langkah,
kesuksesan penggunaan waktu secara keseluruhan merupakan gambaran baku
yang musti dilalui. Seperti Allan Lakein, Declan Treacy, Phil Murray,
dan Santo Paul memiliki gagasan yang hampir sama dalam mencapai
kesuksesan. Menurut mereka, minimal ada tiga unsur penggunaan waktu
yang penting untuk mencapai kesuksesan.
Pertama, menetapkan tujuan. Apakah tujuan hidup Anda? Berdiamlah
sejenak. Pikirkan secara mendalam. Tulis apa pun yang terlintas di
dalam pikiran Anda, fisik, keluarga, sosial, keuangan, dan lain-lain.
Lakein berkata, "Kekuatan yang besar akan timbul bila kita memiliki
tujuan hidup yang jelas." Dalam kehidupan sehari-hari sering sesuatu
hal yang sesunggungnya penting kelihatan biasa saja. "Kelihatannya",
kata Schuller, "Sebagian besar manusia membiarkan hidupnya mengalir
begitu saja. Hanya sedikit saja, sangat sedikit, memutuskan apa yang
akan terjadi di dalam kehidupan mereka." Demikian Robert H.Schuller,
pakar motivasi dan pendiri The Crystal Cathedral, Garden Grove
California itu menambahkan.
Selaku teman sekutu, bersama waktu kita harus bergerak menuju sasaran.
John Galsworty berkata, "Kalau Anda tidak memikirkan masa depan, Anda
tidak akan mempunyai masa depan." Hampir senada dengan pendapat
Galsworty, Hellen Keller, gadis buta yang menjamah dunia dengan dengan
kisahnya, mengilhami ribuan orang. Ketika seseorang bertanya, "Menurut
Anda, apa yang lebih buruk ketimbang menjadi buta? Dia dengan segera
menjawab, "Tidak memiliki visi." Visi adalah sasaran yang jelas
terlihat oleh mata pikiran kita. Nampaknya, Keller memahami benar
betapa pentingnya memiliki suatu penglihatan ke masa depan yaitu
tujuan hidup.
Kedua, memperlengkapi rencana-rencana tindakan atau team work.
Seperti sebuah kesebelasan pemain sepak bola harus memiliki tim yang
solid. Memiliki kerja sama yang bagus, terarah, dan siap pakai.
Membuat penerapan-penerapan gagasan yang mudah untuk mencapainya.
Suatu tim kesebelasan sepak bola harus dapat mengukur jangka waktu
pertandingan. Jangan sampai terjadi pemborosan waktu. Demikian dalam
mencapai sasaran hidup, kita membutuhkan perencanaan waktu.
Susun rencana per hari, per minggu, per bulan dan seterusnya. Tuliskan
janji-janji dan laksanakan dengan setia serta tepat waktu. "Membaca
sebuah buku mengenai kesuksesan," kata Phil Murray, "Adalah selingan
yang membuang-buang waktu bila Anda tidak mempraktikkan secara
bijaksana pengetahuan yang baru saja Anda peroleh." Sangat mengesankan
apa yang dituliskan oleh Nido R. Qubein. Dalam bukunya Langkah Praktis
Menuju Sukses, dia mengatakan, "Rencana-rencana yang dibuat yang
terbaik, rencana yang paling rumit dan teragung dari tujuan, tidak ada
artinya kecuali seseorang membuatnya jadi kenyataan." Benar apa yang
dia utarakan. Kita dapat membaca buku motivasi dan mendengarkan pidato-
pidato yang memberi motivasi, dan mendengarkan kaset-kaset hingga
ungkapan dengan nada tinggi keluar dari mulut kita seperti air terjun
Siguragura. Tetapi tak ada yang berarti akan terjadi, sampai kita
berbuat sesuatu tentang apa yang telah kita baca dan dengar itu.
Kebutuhan yang mendesak saat ini, menurut Qubein, bukanlah pengetahuan
yang lebih banyak yang disebut "ledakan pengetahuan" yang telah
menjamur begitu pesat. Apa yang dibutuhkan dunia adalah tindakan-
tindakan yang membangun dengan orang-orang yang pandai dan kemauan
baik. Menarik sekali apa yang dituliskan Johanes Lim, dalam bukunya No
Pain No Gain bahwa "Ttidak banyak orang yang berjuang keras untuk
merealisasikan tujuan hidupnya selangkah demi selangkah secara sadar.
Sayang sekali, karena sedikit sekali." Demikian keluhannya. Dan itulah
menurut dia salah satu penyebab mengapa orang sukses begitu sedikit
sekali. Sedangkan orang marginal alias pinggirian begitu banyak.
Ketiga, kepemimpinan atau leadership. Gambaran, blue print
kepemimpinan sebenarnya sudah tercipta dalam diri kita masing-masing
atau kelompok saat bergerak menuju kesuksesan.
Diri kita masing-masing merupakan bagian terkecil dari kelompok.
Bercermin dari susunan diri kita, yaitu tubuh, jiwa, dan roh tadi,
maka terlihat bahwa posisi jiwa terdapat antara tubuh dan roh.
Gambaran ini merupakan gambaranan kesuksesan penggunaan waktu. Roh
keberhasilan merupakan tujuan. Dia merupakan cita-cita atau tujuan
hidup dengan bermacam-macam bentuk dan ungkapan. Sebelum kita
melangkah kepada tujuan, kita membutuhkan pemimpin tangguh. Pemimpin
tangguh dalam diri kita adalah jiwa. Posisi dan tugas pemimpin dalam
diri kita amat sangat menentukan tercapainya suatu tujuan. "Segala
sesuatu berawal dan berakhir pada kepemimpinan," kata Jim Dornan &
John C. Maxwell.
Sering kali kita terbalik menapaki waktu kesuksesan. Bertindak,
kemudian berpikir. Bukan berpikir selanjutnya bertindak. Dua ribu
tahun yang lalu Santo Paul sudah mengajarkan urutan sukses penggunaan
waktu, yaitu: percaya dibarengi dengan perbuatan. Thomas sebagai
duplikat manusia masa kini yang cenderung melihat dulu baru percaya
Nabi Isa (Yesus) menegur Thomas agar berbalik dari kekeliruannya. Dia
menghimbau agar kita mengubah cara kita menggunakan waktu menjadi
percaya dulu baru melihat alias berpikir sebelum bertindak!
William James, Bapak Psikologi Amerika awal abad 20 mengatakan bahwa
penemuan terbesar dunia saat itu bukanlah ilmu fisika, tetapi daya
kekuatan pikiran (dalam jiwa). Seseorang dapat mengubah hidupnya
dengan mengubah cara berpikirnya.Dalam diri kita,jiwa merupakan
pemimpin utama.Jiwa yang memuat di dalamnya rumpun
pikiran,kehendak,dan emosi menjadi bahan diskusi yang menarik sekali
di abad modern ini juga perlu kita pelajari !
Mengapa kata 'jiwa' ditempatkan di tengah antara kata 'tubuh' dan
'roh'? Itu bukan suatu kebetulan, melainkan mempunyai makna tertentu.
Itu suatu gambaran untuk dijadikan sebagai contoh bagi siapa saja
berniat dan belajar jadi pemimpin. Pemimpin sukses selalu berada di
tengah anggota. Dengan demikian dia mudah berhubungan ke atas dan ke
bawah. Antara kepentingan tujuan dan bawahan. Jadi tidak melulu
berorientasi ke tujuan, tetapi juga melihat kepentingan bawahan. Ini
berlaku bagi pemimpin segala bentuk organisasi, perusahaan, dan negara
sekalipun. Sebagai pemimpin yang ditengah dia bertanggungjawab
membentuk mindset dan goal setting dalam pencapaian waktu kesuksesan.
Dia harus mampu memberi semangat kepada bawahan agar jangan loyo
sebelum mencapai cita-cita.
Dalam perjalanan pencapaian tujuan, kita sering cenderung mengabaikan
jiwa. Kita mengedepankan kehendak tubuh. Misalnya, kalau melihat
makanan yang dikemas dengan bagus dan indah, kita sering langsung mau
mencoba menikmatinya. Kita lupa bertanya dalam hati kita, apakah itu
berguna untuk kesehatan kita sendiri? Atau, ada apa di balik keindahan
itu? Kita cenderung lupa meminta nasihat jiwa sebagai pemimpin.
Sembilan puluh persen perkelahian dapat dihindarkan seandainya kita
dapat berpikir sebelum berkelahi.
Dari uraian di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa
pengendalian waktu dan mengenal unsur penggunaan waktu sangat penting.
Tahapan ini sangat penting bagi kita ketika kita membentuk team work
dan mengambil tindakan guna mencapai tujuan. Unsur-unsur pencapaian
sukses dalam diri kita atau kelompok memiliki suatu tahapan baku. Jiwa
sebagai unsur ketiga menduduki tempat sentral, menempati posisi sangat
strategis dan penting. Jiwa, sebagai pemimpin dapat mengarahkan kita
terus-menerus secara terfokus kepada tujuan, yaitu kesuksesan.
Kegiatan ini bergerak dalam waktu. Gambaran ini sederhana dan mudah
dimengerti melalui susunan diri kita, sebagai citra Allah. Sudahkah
kita menyadarinya dan menerapkannya?[jmg]
* J. Marsello Ginting
https://groups.google.com/forum/#!topic/k-link/R65VdQ9UvPM
Sunday, 18 February 2018
Perpulungen Karkat Ipasu-Pasu Rende ras Landek i uruk meganjang Cipanas
Penyanyi Top Taneh Karo Sedang masu-masu Ginting Mergana ras Merga sedebanna i Uruk Gundaling Cipanas Simalem la teralang.
Anak-anak biasanya akan mengucapkan “Gong Xi Fa Cai, Hong Bao Na Lai” jika ingin mendapat angpau ketika Tahun Baru Imlek
Hari Raya Imlek tiba! Pada 2018 ini perayaan Tahun Baru Cina 2569 Kongzili jatuh pada Jumat, 16 Februari. Biasanya, buat mereka yang merayakan, Imlek kerap dirayakan dengan menyantap makanan lezat, menikmati kembang api, bahkan memakai pakaian baru berwarna merah.
Selain kebiasaan di atas, satu yang pasti dinanti adalah angpau. Anak-anak kerap meminta angpau pada orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua dan sudah bekerja. Harapannya, dengan mendapatkan angpau akan dilimpahi pula dengan keberuntungan.
Untuk mendapat angpau, anak-anak biasanya akan mengucapkan Gong Xi Fa Cai, Hong Bao Na Lai. Artinya, 'Selamat Tahun Baru, sekarang beri saya amplop merah!'
Tradisi meminta dan memberikan angpau ini dikenal dengan hong bao dalam bahasa Mandarin atau lai see dalam bahasa Kanton. Secara harfiah artinya 'bungkus merah.' Meski pengertiannya berupa bungkus atau paket, angpau umumnya menggunakan amplop warna merah.
Kenapa harus amplop berwarna merah? Melansir situs China Highlights, orang Cina menyukai warna merah, dan menganggap merah sebagai simbol energi, kebahagiaan, dan keberuntungan. Karenanya, memberikan angpau adalah cara untuk mengirim harapan dan keberuntungan.
Sebenarnya, yang paling penting dalam memberikan angpau adalah amplop merah, bukan uang di dalamnya. Membungkus uang dalam amplop merah diharapkan bisa memberikan lebih banyak kebahagiaan dan berkah bagi para penerima. Untuk itu, tidak sopan membuka amplop merah di depan orang yang memberikannya.
Tak hanya itu, ada sejumlah aturan ketika menerima angpau yang diberikan saat Tahun Baru Imlek. Misalnya, amplop merah wajib diserahkan dan diterima dengan kedua tangan.
Bila mendapat angpau, penerima juga harus mengucapkan terima kasih dan menyapa si pemberi dengan ungkapan yang menyenangkan.
Selain untuk penerima, ada pula aturan bagi si pemberi angpau. Salah satunya, terkait ketentuan nominal uang angpau yang bisa diberikan saat Imlek. Jumlahnya tergantung pada usia dan hubungan pemberi angpau dengan si anak.
Seperti dikutip laman Thought Co, untuk anak-anak kecil uang yang diberikan boleh sekitar $7 atau Rp91 ribu. Jika anak itu lebih tua atau berusia remaja, jumlah uang biasanya akan bertambah. Keluarga dekat pun akan memberi lebih banyak uang daripada teman biasa.
Si pemberi juga harus menghindari memasukkan koin ke dalam amplop merah. Siapkan beberapa amplop selama 16 hari Tahun Baru Imlek. Ini untuk berjaga-jaga jika bertemu seseorang yang mungkin perlu diberi angpau.
Sementara itu, situs China Highlights juga menyarankan untuk menghindari memberi jumlah seperti 40 yuan atau 400 yuan. Sebab, angka '4' dalam bahasa Cina terdengar mirip artinya dengan 'kematian.' Karenanya, memberi uang dengan nominal 4 dipercaya mendatangkan sial.
Bahkan angka kecuali empat, lebih baik daripada ganjil. Misalnya, pemberian $20 lebih baik dari $21.
Angka 8 menurut kepercayaan Tionghoa adalah angka yang sangat menguntungkan. Karenanya, cara terbaik adalah jika jumlahnya dimulai atau berakhir pada delapan.
Sudah siap meminta angpau pada keluarga atau teman dekat? Gong Xi Fa Cai, Hong Bao Na Lai!
(sumber berita dari tirto.id)
Banyaknya ucapan yang menggunakan "Gong Xi Fa Cai" ketimbang "Xin Nian Kuai Le" karena sering digunakan oleh etnis Tionghoa yang sebagian besar berasal dari kalangan pebisnis atau pedagang.
Masyarakat Tionghoa di dunia, termasuk di Indonesia akan merayakan tahun baru berdasarkan penanggalan Cina, pada Jumat (16/2/2018). orang-orang lazimnya akan bertukar ucapan selamat Tahun Baru Imlek.
Ada beberapa ucapan yang bisa digunakan. Salah satunya yang paling terkenal “Gong Xi Fa Cai” dalam bahasa Mandarin, atau “Gung Hey Fat Choi” untuk bahasa Kanton.
Meski banyak dipakai untuk ucapan tahun baru Imlek, istilah "Gong Xi Fa Cai" pada dasarnya tak berarti selamat tahun baru. Secara harfiah, artinya "semoga mendapatkan lebih banyak kekayaan."
“Beberapa percaya bahwa istilah tersebut lebih berfokus pada keuntungan material daripada semangat kebersamaan,” kata dosen senior jurusan Studi China Universiti Malaya Prof. Dr. Yam Kah Kean, seperti dilansir The Star.
Karenanya, dia menilai, ucapan untuk Imlek yang lebih tepat dan representatif ialah "Xin Nian Kuai Le" yang berarti “Selamat Tahun Baru." Sementara itu, dalam bahasa Kanton biasa disebut “Sun Leen Fai Lok.”"
Sinolog dari Universitas Indonesia, Agni Malagina kepada Tirto, Kamis (15/2/2018) mengungkapkan banyaknya ucapan yang menggunakan "Gong Xi Fa Cai" ketimbang "Xin Nian Kuai Le" karena ucapan tersebut sering digunakan oleh etnis Tionghoa yang sebagian besar berasal dari kalangan pebisnis atau pedagang.
"Etnis Tionghoa di Indonesia sebagian besar dari kalangan pebisnis dan tampak lebih menonjol meski kalangan bukan pebisnis pada dasarnya juga banyak," kata Agni.
"Biasanya orang-orang yang berdagang yang punya bisnis menggunakan 'Gong Xi Fa Cai' untuk harapan supaya di masa yang akan datang bisa lebih baik dan [bisnis] berkembang pesat," ujar Agni.
Namun, lanjut Agni, "Gong Xi Fa Cai" juga digunakan oleh etnis Tionghoa yang bukan dari kalangan pebisnis. Karena, menurutnya, yang penting adalah arti dari ucapan itu supaya hidup lebih baik atau sejahtera.
"Selain itu ada juga ucapan-ucapan lain yang sering digunakan saat Imlek yang tidak berorientasi profit atau bisnis misalnya Xi Nian Kuai Le," kata Agni.
Ucapan Imlek lainnya seperti “Xin Nian Jin Pu” (semoga mendapat kemajuan di tahun baru ini), “Wan Shi Ru Yi” (semoga semua harapanmu terpenuhi), “Shen Ti Jian Kang” (semoga sehat selalu), dan “Sui Sui Ping An” (berharap Anda terhindar dari semua celaka).
Meski demikian, menurut Agni, jauh sebelumnya istilah yang populer saat Imlek yaitu "Sin Cun Kiong Hi" yang artinya selamat musim semi. Orang Tionghoa kalau selesai sembahyang, berkumpul makan malam dan di tengah malam mereka akan mengucapkan Sin Cun Kiong Hi, menurut Agni.
tirto.id
Klenteng Tien Kok Sie sudah mempersiapkan lilin, dupa, dan berbagai macam buah segar sebagai perlengkapan ibadah.
Klenteng Pasar Gede Solo atau Klenteng Tien Kok Sie sudah melakukan persiapan jelang Tahun Baru Imlek 2018 yang tiba pada Jumat (16/2/2018). Beberapa perlengkapan yang disiapkan di antaranya lilin, dupa, dan berbagai macam buah segar. Masing-masing dari perlengkapan ibadah tersebut memiliki makna sendiri.
"Kalau lilin artinya untuk penerangan dan ini bermakna agar kita terus diberikan penerangan ketika menjalani kehidupan, selanjutnya kalau dupa bertujuan untuk menambah konsentrasi ketika berdoa," kata Pengurus Klenteng Tien Kok Sie, Cakra Wibawa, di Solo, Jawa Tengah, Kamis (15/2/2018).
Sedangkan buah, kata dia, biasanya umat yang datang untuk beribadah ke klenteng membawa berbagai macam buah dengan warna yang berbeda, di antaranya apel yang mewakili warna merah, pir warna putih, dan jeruk warna kuning.
"Paling tidak ada lima warna, buahnya bisa berbagai macam. Tetapi ada yang membawa satu buah kegemaran keluarga, selanjutnya dibawa pulang untuk dinikmati bersama. Maknanya agar keluarga tersebut diberikan keselamatan," katanya.
Pihaknya pun memastikan kesiapan menerima kunjungan umat dari dalam maupun luar kota pada peringatan Tahun Baru Cina 2018."Kami sudah mempersiapkan diri sejak dua minggu yang lalu, mulai dari membersihkan klenteng hingga mempersiapkan perlengkapan ibadah umat. Biasanya umat mulai banyak datang malam ini [Kamis] dan Jumat pagi," kata Cakra.
Meski saat ini mulai banyak orang yang beribadah di klenteng, dikatakannya, jumlah orang yang datang tidak sebanyak seperti hari besar lain, seperti Cap Go Meh dan Cheng Xin Huang Tian atau beribadah sepenuh iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Kalau Cheng Xin Huang Tian ini dilaksanakan satu minggu setelah Imlek, sedangkan Cap Go Meh dua minggu setelah Imlek. Pada momentum tersebut jumlah orang yang datang untuk beribadah bisa sampai ratusan," katanya.
Ia mengatakan berbeda dengan saat Imlek yang jumlahnya orang datang ke klenteng hanya puluhan, itu pun tidak dalam waktu bersamaan.
"Tetapi memang kalau seperti saat ini sebagian orang yang datang ada dari luar kota. Mereka sengaja datang ke Solo karena sekaligus ingin menikmati keindahan lampion di Pasar Gede, jadi sekalian beribadah di sini," katanya.
(sumber berita dari tirto.id)
Barongsai dan liong (naga) dipercaya mampu menetralisasi hal negatif sehingga perayaan Imlek dipenuhi sukacita dan bahagia.
Warga keturunan Tionghoa di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, mengarak barongsai dan naga menjelang Tahun Baru Imlek 2569. Ritual ini bermakna mengurangi hal-hal negatif agar perayaan Imlek dipenuhi sukacita.
"Kami yakini barongsai dan liong [naga] sebagai kepercayaan warga Tionghoa bisa menetralisasi hal negatif sehingga esok hari kami merayakan Imlek dengan sukacita dan bahagia," kata penanggung jawab Vihara Dharmayana Kuta Adi Dharmaja Kusuma di Kuta, Kabupaten Badung, Kamis (15/2/2018).
Prosesi arak lima barongsai dan dua naga itu dilakukan oleh kelompok pemuda barongsai Pusaka Trantra vihara setempat dengan diikuti para warga Tionghoa lainnya.
Kirab yang diyakini menolak bala itu dilakukan dengan berkeliling di sekitar kawasan vihara yakni mulai dari Jalan Blambangan kemudian Jalan Kalianget hingga Jalan Raya Kuta dan kembali ke vihara.
Arak-arakan barongsai dan naga itu menjadi atraksi yang menarik perhatian masyarakat dan wisatawan mancanegara yang saat itu tengah berada di sekitar Kuta.
Sebagian di antara mereka juga mengabadikan momen tersebut dan turut meramaikan suasana Tahun Baru Imlek
Tradisi ini dikawal oleh petugas kepolisian setempat termasuk dibantu para pecalang atau petugas keamanan adat khas Bali dari desa adat setempat.
Hal itu, lanjut dia, sudah menjadi kebiasaan di antara sesama umat beragama untuk saling membantu satu sama lainnya khususnya saat hari besar keagamaan.
Sebelum menggelar ritual kirab barongsai dan naga itu, warga keturunan Tionghoa tersebut melakukan sejumlah persiapan menyambut Imlek yang jatuh pada Jumat (16/2/2018).
Mereka kemudian melakukan persembahyangan di sejumlah tempat suci di vihara yang didirikan sejak tahun 1750 itu. Pemujaan akan dilakukan hingga 2 Maret 2018 atau Cap Go Meh sebagai penutup Imlek.
(sumber berita dari tirto.id)
Gong Xi Fat Cai......Angpau Na Lai
Tahun Baru Cina / Imlek sekarang juga populer dikenal sebagai Festival Musim Semi karena dimulai dari permulaan datangnya musim semi (Beginning of Spring). Asal mula sudah terlalu tua untuk ditelusuri, namun beberapa penjelasan coba diberikan.
Bagaimanapun, semua setuju bahwa kata Nian, yang dalam bahasa modern China berarti "tahun", adalah berasal dari nama suatu makhluk buas (monster) yang akan memangsa orang pada saat permulaan tahun baru (kalender Cina).
Nian memiliki mulut besar yang mampu menelan sejumlah orang dalam satu terkaman. Nian selalu hidup di dasar laut, namun tiap perayaan Tahun Baru, dia akan bangkit ke permukaan laut dan menyerang binatang maupun manusia. Penduduk sekitar akan sangat ketakutan. Jadi mendekati tiap perayaan Tahun Baru, semua penduduk akan mengungi ke gunung untuk menghindari serangan Nian.
Pada suatu perayaan Tahun Baru, ketika semua orang sedang berkemas untuk mengungsi seperti biasanya, ada seorang tua yang datang menawarkan bantuan untuk mengusir Nian. Semuanya tentu tidak percaya, namun orang tua tersebut tetap berkeras membantu dan penduduk gagal membujuknya untuk mengungsi. Akhirnya, tinggallah si orang tua tersebut sendiri menunggu Nian.
Dan akhirnya Nian menyerang masuk ke pedesaan seperti biasanya, dimana si orang tua sudah menunggu dalam persembunyian. Tiba-tiba orang tua tersebut menyalakan banyak mercon, menimbulkan suara keras yang akhirnya membuat takut si Nian untuk bergerak lebih jauh. Si orang tua kemudian keluar sambil tertawa sekeras-kerasnya, Nian berubah pucat dan melarikan diri dalam ketakutan.
Hari berikutnya, ketika penduduk kembali.. mereka tidak menemukan satu kerusakan apapun. Hal ini mengherankan mereka. Mereka tidak menyadari bahwa orang tua tersebut sebenarnya adalah seorang dewa. Sekarang Nian sudah pergi dan penduduk desa bisa menikmati hidup mereka dalam kedamaian. Sebelum orang tua pamitan, dia menyuruh semua orang untuk memasang dekorasi dengan kertas merah pada pintu-pintu maupun jendela mereka tiap akhir tahun untuk menakuti si Nian jikalau dia muncul kembali, karena merah adalah warna yang paling ditakuti Nian.
Semenjak hari itu, tradisi memperingati kemenangan atas Nian diperingati dari generasi ke generasi. Istilah "Guo Nian", yang berarti "Selamat dari Nian" akhirnya menjadi "Menyambut datangnya Tahun Baru". Kata "Guo" dalam bahasa Cina mengandung arti baik sebagai "mencermati" maupun "melewati".
Dan yang paling penting, tradisi menempelkan kertas merah dan menyalakan mercon untuk menakuti Nian - jika suatu saat dia kembali - menjadi tradisi yang paling seremonial pada saat "Festival Musim Semi".
Sumber
Gong Xi Fa Chai / Kiong Hi Fat Chai, jika diterjemahkan kira-kira adalah "Selamat dan Sejahtera !", merupakan ucapan yang biasa kita gunakan pada saat perayaan hari Imlek.
Ucapan in seringkali salah dipersepsikan sebagai ucapan "Selamat Tahun Baru", tapi sebenarnya bukan loh.
Jadi sebenarnya apa dong artinya ?
Mari kita simak sejarah dan penggunaan lengkapnya berikut ini..
Penggunaan kata ini berawal dari beberapa abad yang lalu. Penggunaan dua kata pertama yaitu "Gong Xi" memiliki sejarah penggunaan yang cukup panjang, tetapi jika berdasarkan legenda maka ucapan ini digunakan untuk memberi selamat ketika penduduk China dapat mengatasi binatang buas Nian yang kerap memangsa mereka (baca Legenda Imlek untuk info mengenai Nian).
Namun di luar legenda, pada kenyataannya ini lebih kepada ucapan pemberian selamat diantara para penduduk China untuk merayakan berlalunya cuaca musim dingin yang luar biasa kerasnya.
Masih ingat cerita-cerita bencana kelaparan dan kematian anak-anak yang kerap terjadi sehingga penduduk China rata-rata memiliki banyak anak di masa lalu ?
Mungkin ini juga adalah latar belakang ucapan selamat dilaluinya masa-masa sulit tersebut.
Pada perkembangan selanjutnya.. seiring membaiknya harapan kesejahteraan yang mengangkat kondisi yang serba keras, semangat kapitalisme dan konsumerisme yang melanda seluruh komunitas China seluruh dunia menjadikan ditambahkannya kata "Fa Chai" (sejahtera / makmur) pada pengucapan tersebut.
Ucapan inilah yang sekarang lebih banyak terdengar pada komunitas masyarakat keturunan China di seluruh dunia ketika merayakan tahun baru Imlek.
Selain Gong Xi / Kiong Hi, beberapa ucapan lain yang sering digunakan antara lain :
- suì suì píng an (岁岁平安), yang artinya kestabilan dan kedamaian tahun ke tahun.
- nián nián you yú ( 年年有餘 ), artinya tiap tahun diberkati kelimpahan panen.
Ucapan Gong Xi Fa Chai digunakan juga oleh anak-anak ketika menerima ang pau, menukar kado, atau ketika mengunjungi biara-biara.
Dan ada candaan dari frase yang sering digunakan oleh anak-anak dan remaja dengan penambahan "gong xi fa cái, hóng bao ná lái" yang artinya "Selamat sejahtera, ang pau kesini dong !" ketika berkunjung terutama ke para famili dekat yang lebih senior.
Sedangkan pada kalangan-kalangan yang cukup berpendidikan terutama di Indonesia ucapan ini selengkapnya adalah sebagai berikut :
恭喜發財
Gong Xi Fa Chai
Selamat Sejahtera
万事如意
Wan Shi Ru Yi
Semoga Sukses
新年进步
Xin Nian Jin Pu
Memiliki Kemajuan yang Lebih Baik pada Tahun Baru ini
身体健康
Shen Ti Jian Kang
Memiliki Kesehatan yang Baik
新年快樂
Demikian para pengunjung, penulis mencoba memberikan latar belakang penggunaan "Gong Xi Fa Chai" yang sudah sering diucapkan oleh kita namun maknanya mungkin kurang dipahami oleh kita.
Semoga bermanfaat dan semoga perayaan hari Imleknya menjadi lebih bermakna dan mendatangkan kemajuan dalam segala hal bagi kita semua.
Cerita dari Sumber lain:
Masyarakat Tionghoa di dunia, termasuk di Indonesia akan merayakan tahun baru berdasarkan penanggalan Cina, pada Jumat (16/2/2018). orang-orang lazimnya akan bertukar ucapan selamat Tahun Baru Imlek.
Ada beberapa ucapan yang bisa digunakan. Salah satunya yang paling terkenal “Gong Xi Fa Cai” dalam bahasa Mandarin, atau “Gung Hey Fat Choi” untuk bahasa Kanton.
Meski banyak dipakai untuk ucapan tahun baru Imlek, istilah "Gong Xi Fa Cai" pada dasarnya tak berarti selamat tahun baru. Secara harfiah, artinya "semoga mendapatkan lebih banyak kekayaan."
“Beberapa percaya bahwa istilah tersebut lebih berfokus pada keuntungan material daripada semangat kebersamaan,” kata dosen senior jurusan Studi China Universiti Malaya Prof. Dr. Yam Kah Kean, seperti dilansir The Star.
Karenanya, dia menilai, ucapan untuk Imlek yang lebih tepat dan representatif ialah "Xin Nian Kuai Le" yang berarti “Selamat Tahun Baru." Sementara itu, dalam bahasa Kanton biasa disebut “Sun Leen Fai Lok.”"
Sinolog dari Universitas Indonesia, Agni Malagina kepada Tirto, Kamis (15/2/2018) mengungkapkan banyaknya ucapan yang menggunakan "Gong Xi Fa Cai" ketimbang "Xin Nian Kuai Le" karena ucapan tersebut sering digunakan oleh etnis Tionghoa yang sebagian besar berasal dari kalangan pebisnis atau pedagang.
"Etnis Tionghoa di Indonesia sebagian besar dari kalangan pebisnis dan tampak lebih menonjol meski kalangan bukan pebisnis pada dasarnya juga banyak," kata Agni.
"Biasanya orang-orang yang berdagang yang punya bisnis menggunakan 'Gong Xi Fa Cai' untuk harapan supaya di masa yang akan datang bisa lebih baik dan [bisnis] berkembang pesat," ujar Agni.
Namun, lanjut Agni, "Gong Xi Fa Cai" juga digunakan oleh etnis Tionghoa yang bukan dari kalangan pebisnis. Karena, menurutnya, yang penting adalah arti dari ucapan itu supaya hidup lebih baik atau sejahtera.
"Selain itu ada juga ucapan-ucapan lain yang sering digunakan saat Imlek yang tidak berorientasi profit atau bisnis misalnya Xi Nian Kuai Le," kata Agni.
Ucapan Imlek lainnya seperti “Xin Nian Jin Pu” (semoga mendapat kemajuan di tahun baru ini), “Wan Shi Ru Yi” (semoga semua harapanmu terpenuhi), “Shen Ti Jian Kang” (semoga sehat selalu), dan “Sui Sui Ping An” (berharap Anda terhindar dari semua celaka).
Meski demikian, menurut Agni, jauh sebelumnya istilah yang populer saat Imlek yaitu "Sin Cun Kiong Hi" yang artinya selamat musim semi. Orang Tionghoa kalau selesai sembahyang, berkumpul makan malam dan di tengah malam mereka akan mengucapkan Sin Cun Kiong Hi, menurut Agni.
(tirto.id)Ada beberapa ucapan yang bisa digunakan. Salah satunya yang paling terkenal “Gong Xi Fa Cai” dalam bahasa Mandarin, atau “Gung Hey Fat Choi” untuk bahasa Kanton.
Meski banyak dipakai untuk ucapan tahun baru Imlek, istilah "Gong Xi Fa Cai" pada dasarnya tak berarti selamat tahun baru. Secara harfiah, artinya "semoga mendapatkan lebih banyak kekayaan."
“Beberapa percaya bahwa istilah tersebut lebih berfokus pada keuntungan material daripada semangat kebersamaan,” kata dosen senior jurusan Studi China Universiti Malaya Prof. Dr. Yam Kah Kean, seperti dilansir The Star.
Karenanya, dia menilai, ucapan untuk Imlek yang lebih tepat dan representatif ialah "Xin Nian Kuai Le" yang berarti “Selamat Tahun Baru." Sementara itu, dalam bahasa Kanton biasa disebut “Sun Leen Fai Lok.”"
Sinolog dari Universitas Indonesia, Agni Malagina kepada Tirto, Kamis (15/2/2018) mengungkapkan banyaknya ucapan yang menggunakan "Gong Xi Fa Cai" ketimbang "Xin Nian Kuai Le" karena ucapan tersebut sering digunakan oleh etnis Tionghoa yang sebagian besar berasal dari kalangan pebisnis atau pedagang.
"Etnis Tionghoa di Indonesia sebagian besar dari kalangan pebisnis dan tampak lebih menonjol meski kalangan bukan pebisnis pada dasarnya juga banyak," kata Agni.
"Biasanya orang-orang yang berdagang yang punya bisnis menggunakan 'Gong Xi Fa Cai' untuk harapan supaya di masa yang akan datang bisa lebih baik dan [bisnis] berkembang pesat," ujar Agni.
Namun, lanjut Agni, "Gong Xi Fa Cai" juga digunakan oleh etnis Tionghoa yang bukan dari kalangan pebisnis. Karena, menurutnya, yang penting adalah arti dari ucapan itu supaya hidup lebih baik atau sejahtera.
"Selain itu ada juga ucapan-ucapan lain yang sering digunakan saat Imlek yang tidak berorientasi profit atau bisnis misalnya Xi Nian Kuai Le," kata Agni.
Ucapan Imlek lainnya seperti “Xin Nian Jin Pu” (semoga mendapat kemajuan di tahun baru ini), “Wan Shi Ru Yi” (semoga semua harapanmu terpenuhi), “Shen Ti Jian Kang” (semoga sehat selalu), dan “Sui Sui Ping An” (berharap Anda terhindar dari semua celaka).
Meski demikian, menurut Agni, jauh sebelumnya istilah yang populer saat Imlek yaitu "Sin Cun Kiong Hi" yang artinya selamat musim semi. Orang Tionghoa kalau selesai sembahyang, berkumpul makan malam dan di tengah malam mereka akan mengucapkan Sin Cun Kiong Hi, menurut Agni.
Wednesday, 14 February 2018
Banyak Anggota Tetapi Satu Tubuh
I Korintus 12 : 12 “ Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. “ Ayat 14 “ Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: “ Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh,” jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh ? “
Ayat 19-20 “ Andaikata semuanya adalah satu anggota, dimanakah tubuh ? Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh.”
Ayat 27 “ Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.”
Saya teringat pada satu cerita dimana ada empat bersaudara hidup dalam tubuh Manusia. Mereka adalah Wajah, Tangan, Kaki, serta Perut. Keempatnya hidup rukun, sampai suatu hari timbul perselisihan di antara mereka. Masing-masing saling menonjolkan diri, menganggap diri mereka paling penting.
Pertama kali Kaki berbicara, "Teman-teman, akulah yang paling penting diantara kalian. Coba bayangkan tanpa aku, manusia bakal tidak bisa ke mana-mana."
Sahut Tangan, "Aha Kaki, manusia tanpa tangan tidak akan bisa bekerja. Memang benar tanpa Kaki manusia tidak bisa kemana-mana, tetapi itu tidak penting. Tapi yang terpenting bagi manusia adalah bekerja, setelah bekerja baru dapat makan. Jadi manusia harus bekerja dan itu yang terpenting. Dan hanya Tangan yang bisa bekerja untuk mencarikan nafkah manusia."
Wajahpun menyungging senyum mendengar penuturan Kaki dan Tangan. Terbayang rasa congkak pada dirinya, lalu mencetuslah ia "Kalian sama sekali tidak penting dibanding dengan aku. Tahu nggak kalian, manusia itu dihargai karena apa ? Karna wajahnya. Wajah yang tampan dan cantik membuat manusia dikagumi. Selain itu aku memiliki panca indra, yaitu Mata, Telinga, Hidung, Lidah, serta Mulut. Nah, jelas-jelas aku yang paling hebat dan paling penting !!!
Perut, yang tadi diam saja, ikut-ikutan bicara, "Kuakui Kaki lebih kuat daripadaku. Tangan lebih pintar. Wajah lebih cakep. Tetapi sebenarnya akulah paling penting. Tanpa aku, kalian semua akan tewas !!!"
Mendengar celoteh Perut, anggota tubuh lainnya menjadi marah. Mereka sebaliknya menganggap Perut bagian tubuh yang paling malas. Coba bayangkan, pekerjaan perut sehari-hari hanya makan dan makan melulu. Tapi kalau kami : Kaki membawa tubuh ke tempat mencari nafkah. Tangan bekerja mencari uang. Wajah selalu menunjukkan raut muka manis agar disenangi namun semua hasil jerih payah itu dimakan Perut ! Dasar perut tak berguna !.
Sejak kejadian itu, Kaki, Tangan, serta Wajah mulai mengabaikan Perut. Mereka tidak mau mencarikan makanan buat Perut. " Biar Perut tahu bahwa tanpa kita ia tidak ada gunanya!" kata mereka.
Perut pun tidak menerima makanan selama berhari-hari dan Perut menjadi sangat lemah. Tetapi yang herannya bukan hanya Perut yang merasa lemah tapi ternyata anggota tubuh lainnya juga ikut menjadi lemah. Tangan serta Kaki sulit digerakkan, kaki tidak kuat untuk berjalan, sedang tangan merasa lemas nggak bisa bekerja. Wajah menjadi sering meringis karena menahan rasa lapar dan sakit. Wajah yang tadi tampan, kini menjadi penuh kerut merut. Tubuhpun menjadi lemah tak berdaya.
Kini Kaki, Tangan, serta Wajah menyadari kesalahan mereka. "Kita tidak bisa hidup tanpa Perut." kata mereka akhirnya.
Maka pertengkaranpun berakhir. Bersama-sama, semua anggota Tubuh mulai bersatu, mulai bahu-membahu dalam segala bidang.
I Korintus 12 : 26 “ Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. “
Sdr-sdr yang kekasih, kita semua merupakan anggota tubuh Kristus yang harus hidup dalam satu kesatuan dan kerukunan. Praktek kerukunan perlu kita terapkan dalam kehidupan kekristenan kita sehari-hari. Mari kita ciptakan kerukunan dan kesatuan di antara umat Tuhan sehingga ketika Tuhan datang kembali IA akan mendapatkan tempat untuk meletakkan KepalaNya. Yesus berkata dalam Matius 8 : 20 “ Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya. “
Pada akhir zaman ini Iblis punya satu misi untuk menceraiberaikan Tubuh Kristus. Seperti raja Herodes yang menunjuk pada Iblis dimana pada Natal pertama begitu Herodes mendengar bahwa bayi Yesus sudah lahir. Bayi Yesus yang menunjuk pada Tubuh Kristus maka Herodes segera mengincar dan mau membunuhNya. Herodes disebut juga sebagai serigala, serigala yang akan menerkam dan menceraiberaikan domba-domba ( Lukas 13 : 31-32 ). Yohanes 10 : 12b “ sehingga serigala itu menerkam dan menceraiberaikan domba-domba itu. “
Iblis tidak suka melihat Tubuh Kristus hidup dalam kesatuan dan kerukunan, Iblis bagaikan serigala yang akan menceraiberaikan domba-domba, Iblis mempunyai misi untuk menghancurkan kesatuan Tubuh Kristus.
Dalam gereja ada juga lima jabatan yang ditetapkan Tuhan yang juga merupakan satu kesatuan. I Korintus 12 :28 “ Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat : pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar ( lebih lengkapnya dituliskan dalam Efesusu 4 : 11-12 “ Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. “
Kelima jabatan ditetapkan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pembangunan Tubuh Kristus. Itu sebabnya mari kita membawa diri kita untuk masuk dalam proyek Pembangunan Tubuh Kristus, itulah satu persekutuan yang akan membawa jemaat masuk dalam proses penyucian dan pengudusan lewat Firman Allah yang menyucikan dan menguduskan. Yohanes 17 : 17 “ Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, FirmanMu adalah kebenaran. “
Hari demi hari jemaat disucikan dan dikuduskan lewat kebenaran Firman Tuhan sampai satu saat Tubuh Krintus benar-benar terbentuk, kudus dan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, kudus dan tidak bercela ( Efesus 5 : 26-27 ) sehingga saat Kristus datang kembali pada kali yang kedua sebagai Kepala maka Ia akan mendapatkan tempat untuk meletakkan KepalaNya.
Oleh sebab itu, kitab Ibrani 12 : 14a menuliskan:“ Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan. “
Mari, hiduplah dalam kesatuan, berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan untuk menyambut Tuhan yang akan datang kembali sebagai Kepala dan sebagai Mempelai Surgawi …