ABANG BECAK
�Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah
menolaknya. Bukan yang di lihat manusia yang di lihat Allah; manusia melihat
apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati� 1 Samuel 16:7
Pada suatu hari Minggu pagi yang cerah, saya berdiri di teras depan rumah, walaupun hari itu adalah hari Minggu, namun karena tempat tinggal saya berada di pinggir double way, yang merupakan jalan utama untuk keluar masuk kota, maka hari liburpun kendaraan yang lalu lalang tetap cukup ramai.
Di seberang jalan, terdapat shelteruntuk orang-orang yang sedang menunggu angkutan kota atau becak, dari kejauhan saya melihat seorang nenek tua dengan membawa keranjang yang tampaknya cukup merepotkan.
Tidak lama kemudian, sebuah becak melintas dan berhenti di depan shelter tersebut, saya melihat terjadi dialog di antara nenek tua dan abang becak. Semula saya mengira mereka sedang membicarakan ongkos becak. Namun, ternyata perkiraan saya meleset, nenek tsb. tidak menaiki becak, sebaliknya abang becak yang turun dari becaknya, dan menuntun sang nenek tua untuk menyeberangi jalan yang ramai. Saya baru sadar, bahwa nenek tua tsb. mungkin menunggu sepinya jalan untuk menyeberangi jalan yang ramai.
Kejadian tersebut, merupakan kejadian kecil yang terjadi antara dua insan sederhana. Namun hati kecil saya sungguh sangat kagum kepada sang abang becak. Di balik bajunya yang sederhana terdapat hati yang begitu mulia, menolong orang lain dalam kesulitan.
Setelah melihat kejadian itu, timbul pertanyaan dalam benak saya, mampukah kita berbuat atau melakukan seperti abang becak ini? Bagi saya pribadi, jujur saya katakan 'SULIT'.
Namun, kembali ke kata 'SULIT', sebenarnya tergantung kepada diri kita masing-masing, jika kita memiliki rasa empati, memiliki jiwa yang suka menolong kepada sesamanya, kiranya melakukan sesuatu seperti abang becak itu, bukanlah sesuatu yang 'SULIT'
Semoga kita dapat belajar dari kejadian ini. belajar dari abang becak yang sangat sederhana, namun memiliki hati yang yang baik, menolong dengan tulus, tidak mengharapkan suatu imbalan. Seperti ungkapan indah sbb. : 'A help in sincerity is not a hope repay'
Sebagaimana juga kutipan dari ayat tsb. di atas, Tuhan tidak melihat apa yang di lihat manusia, tetapi Tuhan melihat apa yang ada dalam hati kita. Amin.
(Refleksi oleh: Surya Wiraatmadja)
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp