(Baca: Kejadian 8:1-22)
Pernakah Anda menonton film 'EVAN ALMIGHTY'? Film yang dibintangi oleh Morgan Freeman dan Steve Carell ini mengetengahkan peristiwa nabi Nuh ala jaman sekarang. Evan Baxter baru saja mendapat kursi di wakil rakyat (congressman) Washington D.C. suatu jabatan yang sangat diidamkannya. Di sisi lain, Baxter mendapat panggilan karier dari Tuhan, menjadi seperti nabi Nuh. Ia tidak bisa lari dari panggilan itu sendiri. Singkat cerita, Evan akhirnya membuat bahtera dan menyelamatkan keluarga dan penduduk kota dari bencana banjir. Cerita dalam film ini dipenuhi dengan humor dan akhir yang menyenangkan (happy ending).
Apa sih perbedaan antara kisah nyata di jaman nabi Nuh dengan film Evan Almighty (EA) ini? Pertama, Film EA adalah kisah fiksi dikemas dengan humor dan diakhiri dengan happy ending, seolah-olah keluarga Evan hidup bahagia selamanya. Di akhir cerita EA diperlihatkan bagaimana Evan bersama istri dan anaknya berjalan bersama di padang rumput hijau segar dan bahagia. Tuhan menjumpai Evan di bawah pohon dan meninggalkannya dalam suatu perpisahan.
Kisah nabi Nuh adalah kisah nyata yang dikemas dengan fakta-fakta kerusakan dan kejahatan manusia karena dosa-dosanya. Peristiwa Nuh diakhiri dengan kenyataan life must go on. Hidup harus berjalan terus meski bencana telah lewat. Keseriusan kisah nyata ini bisa jadi memperlihatkan kengerian cara manusia mati ditelan air bah. Bisa dibayangkan dan dimaklumi bila Nuh dan keluarganya ada rasa takut, was-was dan gentar atas badai, hujan, kilat yang tidak henti-hentinya memusnahkan dunia. Di akhir peristiwa air bah diperlihatkan Nuh bersekutu dengan Tuhan bukan berpisah.
Hal kedua yang menjadi perbedaan antara EA dengan kisah nabi Nuh adalah fakta peristiwanya. Bila EA digambarkan bencana sebagai akibat yang bisa dimengerti dari pecahnya bendungan kota, sementara bencana air bah hingga saat ini belum bisa dimengerti oleh manusia baik secara ilmiah maupun kasat mata. Bencana ini begitu dahsyat dan hampir di semua kebudayaan dan letak geografis di bumi memiliki cerita yang kurang lebih sama dengan peristiwa nabi Nuh. Cara film Tuhan dalam film EA bekerja adalah masuk akal, sementara cara Tuhan bekerja dalam Alkitab adalah melampaui akal manusia.
Hal ketiga yang menjadi perbedaan penting antara nabi Nuh dengan EA adalah bagaimana masing-masing pelaku sejarah yang dipakai Tuhan menyatakan sikap dan perbuatannya. Di kisah EA diperlihatkan bahwa Tuhan hanya memakai satu kali dan setelah itu selesai/berpisah alias tidak ada hubungan berkelanjutan. Hidup keluarga Evan Baxter bahagia selamanya karena sudah melakukan kehendak Tuhan yang sulit. Sementara di kisah nabi Nuh diperlihatkan bahwa hubungan Tuhan dengan Nuh terus berlanjut dalam kehidupan. Tuhan terus berkarya dalam sejarah maupun masa depan. Tidak ada kata perpisahan dari Tuhan, yang ada adalah manusianya yang meninggalkan Tuhan.
Bila sikap Evan Baxter hanya mengucap syukur dan basa-basi dalam bentuk humor, sikap nabi Nuh adalah serius mengorbankan persembahan kepada Tuhan. Tuhan melihat bukan sekedar hewan dan asap dari bakaran itu, tetapi sesungguhnya Tuhan melihat jauh di dalam lubuk hati Nuh. Bila di awal pasal 8 Kejadian dituliskan 'Tuhan mengingat Nuh', maka di akhir dari pasal ini dituliskan 'Tuhan mencium persembahan'. Kata 'mencium' bukan sekedar menghirup asap dari korban bakaran, tetapi lebih bermakna impresi yang ditimbulkan dari hati yang murni. Nuh tidak memberikan sisa persembahan seperti kebanyakan orang. Nuh mendirikan mezbah yang artinya disediakan secara khusus untuk Tuhan dan Tuhan menikmatinya.
Kesimpulannya, hidup ini sebuah panggilan Tuhan kepada kita. Kita tidak bisa lari atau menghindari panggilan Tuhan sebab untuk inilah kita diciptakan dan ada di dunia ini. Bila kita mencoba lari dan menghindar, maka justru hidup kita akan berantakan. Hidup ini bukan satu babak menjalankan apa yang Tuhan mau dan setelah itu sisanya hidup bahagia selamanya seperti dalam film. Hidup ini memiliki banyak babak yang harus dijalani dan dikerjakan di dalam pimpinan dan kehendak Tuhan. Hidup tidak selalu lancar dan keluarga tidak selalu baik-baik apalagi bahagia, tetapi bila kita bersama dan di dalam Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan memimpin dan menolong kita dan keluarga kita.
Yang penting di dalam menjalani panggilan Tuhan setiap hari adalah sikap hati dan perbuatan kita. Meskipun mungkin perbuatan kita kecil, sederhana tetapi bila dilakukan dengan hati yang murni dan untuk Tuhan bisa menjadi korban yang harum dan menyenangkan hati Tuhan. Dari sinilah berkat Allah mengalir ke dalam diri kita, keluarga kita dan pada akhirnya melalui kita orang-orang lain diberkati oleh Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita untuk hidup murni berkorban bagi Dia dalam menjalani panggilan hidup. Amin.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp