Ujian Lari di Sekolah
(Baca: Kejadian 6:8-22)
Saya teringat sewatku SMA (Sekolah Menengah Atas) dahulu di St.Louis I Surabaya. Di sekolah kami biasa ada ujian lari sebelum memasuki masa ujian. Untuk mengambil nilai dari para murid, maka guru kami memberitahukan sebelumnya untuk bersiap dan melatih diri dengan stamina yang baik.
Teman-teman waktu itu ada yang santai-santai, ada pula yang kemudian mengambil waktu untuk berlatih lari. Sementara saya mengambil waktu di waktu subuh untuk berlari di jalan dan kemudian pulang mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Waktu demi waktu berjalan dan tibalah kami semua diuji seberapa banyak putaran dalam sekian belas menit di lapangan sekolah yang kami mampukelilingi.
Ada teman yang kelihatannya stamina begitu kuat, larinya begitu cepat, tenaganya begitu besar sementara ia tidak pernah berlatih secara khusus. Mulanya ia lari sangat cepat di putaran pertama, putaran kedua, kemudian tenaganya habis bersama dengan semangatnya, dan pada putaran ke lima sudah berjalan kaki.
Ada pula teman yang mempersiapkan beberapa waktu lamanya berlatih dan berlari dengan stabil hingga puluhan putaran. Akhirnya teman saya ini mendapatkan nilai tertinggi di kelas karena putaran terbanyak dan stamni yang baik dalam berlari.
Bagaimana dengan saya? Kalau saya, biasa-biasa saja. Saya termasuk suka olah raga lari, tetapi bukan yang terbaikdibandingkan teman-teman lainnya. Saya mempersiapkan diri beberapa waktu untuk berlari di jalan raya pada pagi hari yang masih gelap. Untungnya ada latihan sebelumnya sehingga saya punya cukup ketahanan lebih dari biasanya. Saya berusaha yang terbaik.
Saya mulai dengan lari secara stabil, tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlalu lambat. Saya menyelesaikan putaran terbanyak kedua pada akhirnya. Tahukah Anda apa yang terjadi pada saya di akhir lari? Saya sangat kecapean dan banyak sekali mengeluarkan keringat. Kalau beberapa orang duduk dalam istirahatnya, saya terkapar membaringkan badan di tanah. Sampai-sampai guru olah raga itu bilang saya seperti KO (knock out).
Dari pengalaman lari ini, saya mendapati pelajaran berharga: ketaatan dalam mepersiapkan tujuan. Hidup ini bagaikan lomba. Setiap orang berlari dan mempersiapkan diri sedemikian rupa untuk menang mencapai tujuan (IKorintus 9:24-25). Ketaatan dan kesungguhan mempersiapkan diri, mengikuti instruksi yang diberikan selama ini sangatlah perlu dalam mencapai tujuan.
Nabi Nuh adalah seorang yang taat dan mengikuti instruksi dari Tuhan dengan baik. Nuh yang bergaul erat dengan Tuhan hidup mengerti arti dari apa yang akan terjadi dan mempersiapkan diri sedemikian rupa agar selamat beserta seisi keluarganya.
Perlu diketahui bahwa Alkitab mencatat sejumlah orang yang dipilih Tuhan, bukan orang-orang yang sempurna. Sejak Habel meninggal, generasi demi generasi lahir di dalam bermacam kehidupan mereka. Alkitab mencatat nama-nama seperti Set, Enos, Henokh bahkan Nuh sebagai bagian dari rentetan orang-orang yang dipilih Allah. Mereka bukan saja percaya dan mengikut Allah tetapi mereka juga dekat dengan Tuhan.
Kehidupan Nuh ditandai dengan keakraban dengan Allah dan kesalehan hidup di tengah-tengah dunianya yang semakin rusak oleh dosa. Kekerasan menjadi lambang dari manusia yang dibutakan oleh dosa. Pada waktu itulah Tuhan hendak menghabiskan generasi yang ada karena dosanya dan memulai generasi baru di dalam keturunan nabi Nuh.
Tuhan meminta Nuh membuat bahtera dengan rincian yang jelas. Tuhan juga meminta Nuh membawa masuk sejumlah binatang untuk melanjutkan kehidupan di masa yang akan datang. Tuhan hendak menyelamatkan Nuh di dalam bahtera bersama dengan orang-orang yang mau mendengar, percaya dan taat.
Ketaatan Nuh dibuktikan dalam tindakan dan persiapan yang matang. Ketaatan mempersiapkan tujuan dan misi yang diemban adalah sebuah panggilan mulia bagi Nuh. Demikian pula dengan kita sebagai orang percaya bukan saja dipanggil untuk selamat, tetapi juga untuk menjalankan misi kita dengan bertanggung jawab.
Dunia ini akan berakhir suatu saat. Hidup manusia dan isinya semakin rusak dan hancur oleh karena kejahatan manusia yang berdosa. Kitab Daniel, kitab Injil maupun kitab Wahyu dengan jelas menceritakan akan jadi seperti apakah bumi kelak. Kehidupan akan musnah dalam hari kiamat dan setiap orang yang tidak masuk dalam 'bahtera' akan ikut binasa. Bahtera itu adalah Tuhan Yesus Kristus.
Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat, dan setiap orang yang mengaku dengan mulut, percaya dalam hati akan diselamatkan. Keselamatan bukan ditentukan dari seberapa sempurna kita, tetapi iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus.
Jikalau Nuh taat dan diselamatkan, maka kita yang sudah percaya perlu belajar dan mempersiapkan diri seperti Nuh. Kita perlu taat dan bersiap diri menjelang kedatangan Tuhan. Mari kita bersama mempersiapkan diri dengan ketaatan kepada Tuhan. Mari kita melayani Tuhan sesuai dengan talenta yang Tuhan berikan, mari kita menceritakan kepada orang-orang di sekitar kita, keluarga kita, kenalan, sahabat kita bahwa Yesus adalah jalan menuju keselamatan.
Untuk berlari dengan baik dan mencapai garis akhir dibutuhkan persiapan yang serius, demikian pula untuk mencapai garis akhir kehidupan dibutuhkan persiapan yang serius pula. Bila lari persiapannya adalah lari, maka hidup ini persiapannya juga adalah hidup. Mengerjakan hidup di dalam Tuhan dan dalam persekutuan dengan Tuhan adalah modal awalnya, melakukan Firman Tuhan adalah kekuatan dan buah dari hidup di dalam Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita untuk bersiap sebelum tiba hari-Nya. Amin.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp