Korupsi atas Nama Tuhan
Berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah: "Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya. Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu dari padanya."
II Raja-raja 5:20
Kita sering mendengar banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh orang-orang di negara kita. Mulai dari pemerintahan tingkat bawah hingga atas, di lembaga sosial, lembaga keagamaan hingga di banyak perusahaan swasta terjadi korupsi.
Definisi "korup" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) diartikan sebagai: buruk; rusak; busuk; suka memakai barang yang dipercayakan kepadanya. Korupsi didefinisikan dengan penyelewengan/penggelapan (uang negara atau perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Peristiwa korupsipun juga terjadi di dalam pelayanan atas nama Tuhan. Gehazi, sudah melihat banyak pekerjaan mujizat Tuhan melalui hamba-Nya Elisa. Minyak berlimpah dalam bejana kosong, orang mati dibangkitkan, keracunan disembuhkan, laparnya isi perut ratusan orang dikenyangkan dengan mujizat beberapa roti jelai serta gandum.
Seharusnya peristiwa ini membuat Gehazi takjub dan gentar akan kehadiran Tuhan. Seharusnya pula, Gehazi mengerti arti pelayanan yang mengandalkan Tuhan dan hidup dalam takut akan Tuhan. Kenyataannya, Gehazi berani memakai nama Tuhan dan memakai otoritas nabi Elisa untuk menggelapkan pemberian panglima raja Aram, Naaman.
Beberapa kesalahan Gehazi: pertama, Gehazi mencari kesempatan di tengah kesempitan dengan cara tidak jujur pada keinginan dan kebutuhan pribadi. Kedua, Gehazi memakai otoritas Tuhan dan Nabi untuk meraup keuntungan pribadi. Gehazi sudah mencuri kemuliaan nama Tuhan.
Agaknya di jaman ini, kehidupan keagamaan rentan menjadi sasaran korupsi. Mulai dari dana kesejahteraan umat yang dikorup, uang pembangunan tempat ibadah yang hutangnya tidak pernah lunas dibayar, dan semua ketidak jujuran demi kepentingan pribadi.
Korupsi 2 talenta perak, 2 pundi-pundi dan 2 potong pakaian telah membuat Gehazi harus membayar penyakit kusta seumur hidupnya (II Raj.5:27). Sungguh tragis tindakan korupsi, terlebih mengerikan apabila korupsi itu dilakukan demi nama Tuhan dan mengatasnamakan lembaga keagamaan.
Andai saja Gehazi berterus terang kepada Naaman dan tidak memakai nama Tuhan, otoritas keagamaan ataupun cerita palsu, maka ia tidak perlu harus kena kusta. Hidup jujur dan ikut Tuhan mendatangkan anugerah Tuhan yang berkecukupan. Marilah kita mengoreksi diri: Adakah tanpa disadari sebelumnya, kita juga melakukan korupsi? Kiranya Tuhan menolong kita untuk hidup lurus dan terhindar dari upah dosa korupsi. Amin.