Jangan Ketinggalan
(Baca: Kejadian 12:1-20)
'Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya'Kejadian 12:4
Hidup dengan iman sebenarnya tidak sulit. Hampir di setiap keadaan, kita ditantang untuk beriman pada langkah yang diputuskan. Sebagai contoh: jika kita hendak duduk di sebuah kursi, tentu kita melihat penampilan kursi itu dan jika kelihatan kuat dan baik langsung duduk. Jarang sekali orang hendak duduk kemudian mengukur ketahanan beban suatu kursi, mengamati, mencoba dengan benda lain, diuji di laboratorium baru kemudian duduk di kursi itu.
Contoh lain: jika kita berjalan, tentu kita hanya melihat jalan di depan yang kelihatan kuat. Padahal kita tidak pernah tahu apakah jalan di depan kita pasti mutlak aman dan kuat menahan beban kita. Secara tidak sadar kita sudah hidup dengan iman dengan apa yang biasa kita jalani.
Kenyataannya, hidup beriman jadi sulit ketika berada dalam kondisi di luar kebiasaan, tidak kelihatan bahkan didahului dengan prasangka buruk. Banyak orang lebih mudah percaya untuk duduk di suatu kursi dari pada percaya kepada Tuhan. Kepercayaan kepada Tuhan semakin sulit karena Tuhan tidak kelihatan. Apalagi permintaan Tuhan untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa dan tidak menyamankan diri, kita cenderung meragukan janji Tuhan apakah membawa kebaikan atau keburukan bagi diri sendiri.
Abraham diminta Tuhan untuk pergi meninggalkan kampungnya ke tempat yang ditunjukkan-Nya. Permintaan ini termasuk kategori sangat sulit karena harus membawa semua harta benda dan keluarga ke tempat yang tidak biasa dan belum kelihatan pasti wujudnya. Pada saat seperti ini, pada umumnya orang menjadi ragu, tidak percaya dan enggan untuk meninggalkan kenyamanan dan keamanan diri.
Pada umumnya yang menjadi masalah seseorang taat atau tidak pada pimpinan Tuhan adalah karena kurang beriman pada janji Tuhan, terlebih karena tidak biasa meninggalkan zona nyaman dan kebiasaannya. Abraham berani meninggalkan zona nyaman karena ia memandang dan memfokuskan hidupnya kepada janji Tuhan. Ia terus berkomunikasi dan memelihara komunikasi itu dengan Allah.
Manusia cenderung mengandalkan diri sendiri dengan memakai segala usaha pemikiran dan tenaganya. Di sinilah mudah bagi orang percaya untuk kurang mengandalkan dan melibatkan Tuhan secara mutlak. Padahal di balik perintah Tuhan ada janji indah yang menanti diberikan kepada orang percaya yang taat.
Saya pernah ditinggalkan pesawat terbang karena terlambat datang pada jadwal yang sudah ditentukan. Rasanya pada waktu itu adalah menyesal, sedih, dan kecewa pada diri sendiri. Peristiwa hidup juga dapat mengalami kerugian seperti ini. Panggilan Tuhan lewat Firman-Nya dikumandangkan berkali-kali. Tuhan bekerja lewat hati nurani, lewat suara hati kita, lewat orang-orang di sekitar kita, lewat peristiwa hidup. Suatu saat, waktunya akan tiba dan tidak ada lagi panggilan. Orang yang tidak merespon panggilan akan ditinggalkan dan mengalami kerugian yang teramat besar.
Jika kita mengikuti dan taat pada pimpinan Tuhan, maka kita tidak akan ketinggalan rencana indah yang disediakan bagi kita sebelum permulaan jaman. Jika kita lebih mengandalkan diri dan tidak mau meninggalkan zona kenyamanan demi janji Tuhan, kita akan menderita kerugian, menyesal, sedih dan kecewa. Biarlah setiap kita belajar memandang dan taat pada pimpinan Tuhan agar tidak ketinggalan apa yang dijanjikan Tuhan bagi kita. Amin.
Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp
Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp